.::Selamat Datang di Situs Kami , Semoga Website Kami ini Memberikan Pencerahan kepada Sahabat-Sahabat Mengenai Agama Kita yang Tercinta, Selamat Menikmati Hidangan Kami, dan Mohon Doanya ya Agar wAbsite Kami Tetap Eksis!! Amin::.

Senin, 28 Juli 2008

Hikmah Peristiwa Isra' dan Mi'raj Part. 1

Isra’ menurut bahasa berarti berjalan pada malam hari, sedangkan Mi’raj menurut bahasa berarti naik dengan anak tangga. Sedangkan menurut istilah syara’, Isra’ dan Mi’raj adalah sebuah perjalanan Rasulullah Saw. Pada malam hari dari Masjid al-Haram menuju Masjid al-Aqsa kemudian dilanjutkan kembali dari Masjid al-Aqsa naik ke atas langit, hingga ke Sidrah al-Muntaha yang berhujung kepada menghadap sang Khalik Jagat Alam ini yaitu Allah SWT..


Dari definisi di atas kita sudah pasti akan menilai, bahwa peristiwa ini sungguh hebat dan memukau, bagaimana tidak, seorang hamba Allah bertemu langsung dengan Allah SWT., yang sudah pasti tak disangka dan tidak diduga lagi bahwa hamba yang seperti ini adalah hamba yang luar biasa, siapa lagi jikalau bukan Nabi Besar dan Nabi Akhir Zaman yaitu Nabi Muhammad Saw., yang sudah sangat masyhur sekali, bukan hanya dikalangan penduduk bumi saja, tetapi juga dikalangan penduduk langit. Nabi Muhammad Saw.-lah yang mendapatkan tiket secara langsung bertemu sang Khalik, padahal Nabi-Nabi sebelumnya tak ada satu pun yang mendapatkan tiket atau undangan VIP dari Allah SWT.

Sehingga peristiwa ini begitu sangat sakral dan Istimewanya bagi Umat Islam sendiri, oleh karena itu diadakanlah acara Isra’ dan Mi’raj hamper diseluruh dunia, dan yang lebih khusus lagi Indonesia sebagai Negara yang mayoritas penduduknya adalah beragama Islam yang sudah barang tentu mengadakan acara semacam ini, mulai dari ormas-ormas Islam hingga Pengajian Rutinan, dan yang mengadakan acara ini pun dari berbagai kalangan yang berbeda-beda, mulai para orang tua hingga anak-anak di sekolah TPA.

Menjamurnya acara Isra’ dan Mi’raj diseantero Nusantara ini membuat umat Islam bangga, begitu kompaknya Umat Islam mengadakan acara yang sungguh-sungguh mulia dan sakral ini. Namun pada realitanya acara hanyalah sebatas acara, yang isinya hanyalah sebagai pengingat bukan sebagai penggerak, coba kita bayangkan berapa kali kita mengikuti acara Isra’ dan Mi’raj selama kita hidup? Dan berapa banyakkah yang bisa kita petik hikmah dari acara Isra’ dan Mi’raj selama kita hidup? Maka kita akan kebingungan menjawabnya.

Lalu apakah yang salah terhadap semua ini? Apakah yang mengelola acara tersebut yang salah? ataukah kita yang mengikuti acara tersebut belum bisa mengambil dan memetik bunga yang seharusnya sebagai penghias hati kita, bukan sebagai bunga yang malah kita petik lalu dibuang saja dengan percuma, maka jawabannya ada di dalam hati masing-masing pembaca sekalian.

Terlepas dari itu semua, penulis menginginkan makna dari Isra’ dan Mi’raj ini agar lebih kental dengan menyodorkan 4 hikmah yang terkandung di dalam peristiwa yang sungguh luar biasa ini yaitu Isra’ dan Mi’raj:

01. Sebuah Perjalanan dari Masjid ke Masjid

Yang sudah kita ketahui bahwa perjalanan Rasulullah Saw. pada malam hari dari Masjid al-Haram di Mekkah al-Mukarramah menuju Masjid al-Aqsa di Palestina, dari sini kita bisa mengambil 2 buah kesimpulan yaitu “sebuah perjalanan” dan kata “Masjid”, ada apa dengan dua kesimpulan ini? mari kita akan membahasnya bersama-sama.

Pertama, sebuah perjalanan yang mempunyai arti maju atau kemajuan, contohnya jika kita ingin pergi ke pasar hendaknya kita melakukan sebuah perjalanan menuju pasar yang kita tuju, dan perjalanan itu sudah pasti maju, tidak mungkin jika kita berjalan malah mundur ke belakang, ini akan menjadi salah kaprah dan bahkan akan berefek kepada kita, karena kita tidak akan sampai di tempat tujuan, disebablakan kita melakukan perjalanan yang mundur. Oleh karena itu kesimpulanannya setiap yang berjalan pasti maju ke depan.

Yang kedua, kata Masjid, dalam peristiwa ini Nabi Muhammad SAW. singgah dari masjid ke masjid, ini mempunyai arti yang ada kaitannya dengan kesimpulan yang pertama, dengan menarik sebuah pemikiran bahwa jika Umat Islam ingin menjadi umat yang maju dari segi fisik, moral, akhlak, ilmu dan lain sebagainya, maka haruslah dibina dari masjid, dididik di masjid dan dibesarkan dalam lingkungan masjid.

Hal ini sangat berpengaruh sekali dalam segi psikis Umat Islam. Umat Islam yang jauh dengan masjid atau yang tidak mau meramaikan masjid, maka ia akan sulit sekali untuk melakukan ibadah-ibadah yang disukai oleh Allah SWT., ini tercermin dari sisi lingkungan, karena lingkunganlah yang paling berpengaruh dari segi kejiwaan seseorang, apakah ia baik ataukah malah sebaliknya? Semua ini ada kaitannya dengan lingkungan, oleh karena itu para generasi penerus bangsa, mari ramaikanlah masjid-masjidmu demi kejayaan Islam dengan berbagai kegiatan bukan hanya semata ibadah shalat dan membaca al-Qur’an saja, tetapi semua kegiatan yang bermanfaat hendaklah dilaksanakan di masjid, jadikanlah masjid sebagai markas besar seluruh Umat Islam.

Hal ini tidak bisa dipungkiri lagi bahwa semenjak dahulu yaitu ketika zaman Nabi Muhammad SAW. yang kala itu umat Islam ingin maju melalui sarana Masjid. Masjid pada zaman Nabi Muhammad Saw. sebagai pusat pelatihan, pusat meditasi, pusat konsultasi hingga pusat strategi berperang. Masjid zaman dahulu bukan hanya digunakan sebagai sarana ibadah saja, tetapi juga sebagai pusat pelatihan bagi para pemuda dan generasi penerus Islam, sebagai pusat meditasi bagi seluruh umat Islam kala itu, untuk mendapatkan santapan rohani dan taqarub kepada Allah SWT., sebagai pusat konsultasi bagi umat Islam yang belum mengerti dengan secara kaffah agama Islam dan yang terakhir sebagai pusat strategi berperang ketika umat Islam dalam masa berperang.

Oleh karena itu mari bersama-sama mengembalikan fungsi masjid ke bentuk asalnya, yaitu masjid seperti zaman Rasulullah Saw., sebagai pusat kegiatan apapun yang bermanfaat bagi kelangsungan dan kejayaan umat Islam sebagai Umat yang rahmatal lil ‘Alamin. Amin.

Bersambung ke Part. 2.....

Minggu, 27 Juli 2008

Akhwat Sang Pengantar ke Pintu Syurga Part. 3

05. Berpakaian ala Islami


Pada ciri-ciri akhwat sang pengantar ke pintu surga kali ini adalah masalah pakaian, pakaian yang dikenakan bagi seluruh umat Islam seharusnya adalah pakaian yang menutupi aurat dari penglihatan orang yang bukan mahramnya, dan juga tanpa menghilangkan fungsi yang sesungguhnya sebagai pakaian yaitu yang melindungi tubuh dari panasnya terik matahari dan dinginnya malam hari. Namun sayangnya pengertian ini tidak diindahkan sama sekali oleh sebagian umat Islam, sehingga fenomena-fenomena yang terjadi terkini adalah pakaian menjadi sumber untuk bermegah-megahan, untuk pamer atau bahkan untuk menghias diri agar merasa dirinyalah yang paling seksi ataupun paling hot, nau’dzubillahi min dzalik.


Jangan heran jika Islam mempunyai batasan-batasan tentang masalah pakaian ini, karena Islam mengajarkan kita untuk selalu menutup aurat dan tidak bermegah-megahan ataupun berlebih-lebihan yang menjurus kemubadziran. Yang paling di sorot dalam Islam adalah masalah pakaian wanita.


Apakah kaum wanita tidak sadar bahwa kaumnya sedang diremehkan dan dihina oleh kaum pria yang jahat dan kaum pria penyembah hawa nafsu, hal ini tercermin ketika banyak televisi-televisi yang menayangkan wanita yang menampilkan busana minim atau bahkan terkesan tidak berpakaian. Ketika wanita itu melihatkan bentuk lekuk tubuhnya, dan ketika wanita itu bergoyang tanpa ada batasan, entah itu adalah kemauannya sendiri atau hanyalah tuntutan pekerjaan yang mengharuskan ia berpakaian seperti itu, maka seharusnya ia sudah memikirkan efek kedepannya bagi generasi penerus bangsa, karena Allah SWT. tidak akan mengurangi rizki setiap orang, jika orang itu selalu lurus di jalan kebenaran, bukan bengkok dijalan kebathilan.


Jika memang itu hanyalah sebuah tuntutan pekerjaan, lalu apakah ia tidak memikirkan generasi penerus bangsa ini, yang sudah seharusnya di lindungi dari efek buruk yang terjadi, bukan hanya guru dan orang tua saja, tetapi semua element masyarakat untuk memproteksi dari virus-virus jahat yang bisa menghancurkan masa depannya. Dan apakah ia tidak memikirkan tuntutan Allah SWT. terhadap batasan-batasan aurat yang sudah ditetapkan oleh Islam, yang menetapkannya bukan undang-undang buatan manusia, tetapi undang-undang ciptaan Allah SWT. Sang Khalik pencipta jagat raya ini. jika ia mengaku beragama Islam dan sudah mengucapkan dua kalimat syahadat maka seharusnya ia sudah rela untuk melakukan apa yang di perintahkan oleh Allah SWT. dan menjauhkan apa yang dilarang oleh Allah SWT., maka tutuplah wahai kaum wanita pakaianmu agar engkau ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT..


Wanita adalah makhluk hebat dan istimewa yang sangat dilindungi sekali di dalam Islam. Ada sebuah pepatah yang menyatakan, “wanita itu bagaikan mutiara, jika ia disimpan dan tertutup rapih, maka ia sangat berharga sekali nilainya”, inilah hakikat wanita sebenarnya, wanita yang menutupi auratnya bukan hanya sekedar menjalankan perintah Allah SWT. saja, tetapi juga akan terangkatlah derajatnya baik di langit maupun di bumi, bahkan ia adalah makhluk yang sangat berharga di dunia ini. Makhluk yang tiada tandingannya, dari segi kesuciannya, kekuatan hatinya, hingga kebijakan setiap masalah yang ia hadapi. Inilah akhwat sejati, akhwat yang akan akan mengantar pasangan hidupnya ke gerbang yang ditunggu-tunggu, yaitu surga firdaus-Nya.


Ada 4 kriteria pakaian ala Islami, untuk menghindari dari fitnah, dari turunnya martabat maupun derajat dan dari cercaan orang lain, sehingga jika seorang wanita ataupun akhwat yang memakai pakaian ini akan terlihat indah dan sejuk di hati bagi kaum pria:


01. Menutup Aurat


Sudah tidak bisa dihindari lagi pada syarat yang satu ini, bahkan ini adalah syarat yang paling urgant dalam masalah pakaian, yaitu menutup aurat. Pakaian yang menutupi aurat sudah seharusnya dipakai bukan hanya dalam keadaan shalat saja, tetapi pakaian sehari-hari yang ia kenakan setiap saat dan setiap waktu, baik pada saat ia keluar rumah ataupun bertemu dengan orang yang bukan muhrim. Kebanyakan akhwat menutupi auratnya hanyalah ketika ia shalat saja, tetapi jika ia selesai malakukan shalat maka ia kembali dengan mengumbar auratnya kepada orang yang tidak semestinya melihat auratnya.


Aurat yang disyariatkan kepada wanita memang sangat berbeda dengan pria, jika pria dari pusat perut hingga lutut semuanya adalah aurat, sedangkan wanita tergantung dengan siapa yang melihatnya, jika yang melihatnya orang yang muhrim maka auratnya sama seperti laki-laki, yaitu dari pusat perut hingga lutut kaki, tetapi jika yang melihatnya bukan muhrim maka auratnya dari ujung rambut hingga telapak kaki, kecuali ada beberapa bagian yang diperbolehkan untuk dilihat. Dalam masalah ini, para ulama berbeda pendapat tentang bagian mana saja yang boleh terlihat, ulama kalangan madzhab syafi’i berpendapat bahwa bagian yang boleh terlihat ketika bermu’amalah dengan orang yang bukan muhrim adalah hanya dua bagian, yaitu wajah dan telapak tangan selain itu adalah aurat, tetapi menurut ulama kalangan madzhab hanafiyah berpendapat bahwa bagian yang boleh dilihat ada tiga bagian tubuh, yakin wajah, telapak tangan, dan telapak kaki.


Itulah batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh para ulama, jadi mulai dari sekarang para wanita untuk segera menutupi auratnya, agar selalu menjadi wanita yang shalihah, yang bisa mengantarkan pasangannya menuju pintu yang hakiki dan pintu kehidupan yang sebenarnya, yaitu surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai.


02. Tidak Sempit (Tidak Ketat/Longgar)


Pakaian ala Islami yang kedua ini adalah tidak sempit, artinya ketika wanita memakai pakaian itu tidak terlihat lekuk tubuhnya, fenomena yang terjadi sekarang ini adalah banyak muslimah yang sudah memakai jilbab rapih namun sayangnya pakaian yang digunakan masih terlalu ketat, sehingga akan menonjolkan lekuk tubuh yang seharusnya tidakp perlu untuk diperlihatkan.


Pada yang satu ini sering tidak diindahkan oleh kaum muslimah sendiri, dirinya merasa bangga karena sudah memakai jilbab, namun sayangnya ada satu yang ditinggalkan yaitu pakaiannya terlalu ketat. Ini tidak sesuai dengan kaidah pemakaian jilbab yang sebenarnya. Jilbab seharusnya mendapatkan pasangan yang sesuai yaitu pakaian yang longgar, sehingga terlihat lebih indah dan sopan. Tetapi sayangnya banyak wanita yang sudah mengetahui kaidah memakai jilbab seperti ini namun ia masih berkata bahwa “Pakaian ketat sedang ngetrand”. Perkataan inilah yang seharusnya diluruskan, itu bukan trand tapi memaksakan kehendak dan tampak tidak adil, bagaimana tidak memaksakan kehendak, yang terjadi malah pakaian adiknya yang dipakai, inilah yang salah kaprah, sehingga pakaian yang dikenakan terlalu sempit.


Mari kita sama-sama mengkampanyekan slogan “Pakailah pakaian sendiri, jangan memakai pakaian adik”. Yuk…! Sama-sama kita membangun kredebilitas diri sendiri dengan memakai pakaian yang tidak memaksakan kehendak dan adil.


03. Tidak Mencolok


Arti mencolok memang sedikit kontroversial, namun hanya inilah kata yang bisa penulis bahasakan agar lebih mengena kedalam hati dan memenuhi standar yang ingin disampaikan oleh penulis. Yang dimaksud pakaian yang tidak mencolok adalah ketika si wanita mengenakan pakaian tersebut tidak menarik perhatian orang banyak. Kebanyakan yang terjadi malah bermegah-megahan dengan tujuan tentunya untuk lebih menarik perhatian orang banyak, ia bangga jika mengenakan pakaian yang seperti itu dan diperhatikan orang banyak. Ini adalah sebuah hal yang salah, dan sudah selayaknya dihilangkan di dalam benak kaum muslimah.


Pakaian mencolok bukan hanya dari bermegah-megahan saja, tetapi juga dalam segi warna pakaian, bentuk pakaian hingga hiasan-hiasan yang menggantung dipakaian tersebut. Lebih baik yang dikenakan oleh kaum muslimah adalah pakaian yang sederhana namun rapih, pakaian yang biasa-biasa saja namun suci dan bersih. Inilah ciri-ciri pakaian yang seharusnya dikenakan bagi setiap muslimah. Seorang muslimah yang baik akan mengambil tindakan yang susuai dengan perasaan orang lain, artinya ketika ia memakai pakain yang ia kenakan hendaknya ia memikirkan efek apa yang akan timbul jika orang yang melihat pakaiannya, apakah orang lain merasa tentram hatinya atau malah sebaliknya akan membangkitkan nafsu syahwat orang lain. Pakaian yang baik adalah pakaian yang mendorong orang lain dikala melihatnya akan timbul sebuah perasaan kekaguman yang mendalam terhadap aturan-aturan Islam dalam masalah pakaian.


04. Tidak Transparan


Penulis bertanya, apakah ada pakaian yang transparan? Jawabannya tentu sudah pasti ada. Pakaian yang satu ini biasanya didengungkan oleh mode-mode barat yang sekarang diadopsi kebanyakan para artis indonesia, sehingga masyarakat yang melihat para artis tersebut akan mencoba memakai pakaian ala mode barat ini.


Sungguh sangat menyedihkan sekali jika kaum wanita yang mengaku beragama Islam memakai pakaian seperti ini. Pakaian ini tidaklah layak di gunakan orang yang mangaku Islam. Seharusnya orang yang mengaku Islam menggunakan pakaian yang susuai dengan pakaian islami, yaitu pakaian yang tidak transparan, tertutup dan tidak nampak auratnya.


Janganlah salah kaprah untuk mengenakan pakaian yang semestinya dipakai, hanya karena trand atau ketinggalan zaman, karena mode baratlah yang sesungguhnya ketinggalan zaman dan pakaian ala Islamilah yang sesuai dengan perkembangan zaman.


Yuk!! Mari bersama-sama mendemonstrasikan pakaian ala Islami dari mulai adik kita, kakak kita, ibu kita, hingga orang tua-orang tua yang tidak melahirkan kita

Template by - Abdul Munir - 2008