.::Selamat Datang di Situs Kami , Semoga Website Kami ini Memberikan Pencerahan kepada Sahabat-Sahabat Mengenai Agama Kita yang Tercinta, Selamat Menikmati Hidangan Kami, dan Mohon Doanya ya Agar wAbsite Kami Tetap Eksis!! Amin::.

Minggu, 10 Agustus 2008

Hikmah Peristiwa Isra' dan Mi'raj Part. 3 (Terakhir)

04. Memperkokoh Loyalitas atau Kesetiaan Umat Islam

Isra dan Mi’raj adalah rihlah-nya atau jalan-jalannya Rasulullah Saw. yang sungguh-sungguh sangat spesial, bagaimana tidak, hanya Rasulullah Saw. yang mendapatkan kesempatan untuk jalan-jalan yang sangat mulia ini. Mungkin hati kita akan bertanya-tanya, mengapa Isra’ dan Miraj-nya Rasulullah Saw. disebut juga jalan-jalan! Hal ini dikarenakan berbagai fakta yang menarik terjadi sebelum peristiwa Isra’ dan Mi’raj ini terjadi.


Berbagai fakta terkait dengan diberlakukannya Isra’ dan Mi’raj ini yang paling kentara adalah wafatnya dua orang yang sangat dicintai oleh Rasulullah Saw, bahkan kedua orang inilah yang selama ini menopang dakwah Rasulullah Saw. dalam menyebarkan agama yang rahamatal lil alamin ini. mungkin entah apa jadinya jika dakwah Rasulullah Saw. tidak ditopang dengan dua orang ini. mungkin perjalanan dakwah Rasulullah Saw. sungguh berat sekali.


Dua orang itu adalah Siti Khadijah dan Abu Thalib. Siti Khadijah adalah istri Rasulullah Saw. Yang sangat dicintainya, bahkan Siti Khadijah inilah yang pertama-tama mengakui ke-Rasul-an Rasulullah Saw. ketika Rasulullah Saw sekembalinya dari Gua Hiro, bukan hanya itu saja, tetapi juga Siti Khadijah yang selama ini menopang dakwah Rasulullah Saw. Dalam segi dana atau materi. Pada kala itu Siti Khadijah merupakan0 saudagar wanita yang sangat kaya, sehingga segala keperluan dakwah Rasulullah Saw. dibantu oleh Siti Khadijah sang istri tercinta, sehingga dakwah Rasulullah Saw. pun sangat mulus sekali, tanpa ada kendala sedikitpun, apalagi Siti Khadijah adalah cerminan wanita shalihah yang sudah sepatutnya menjadi panutan bagi wanita-wanita zaman sekarang yang memerlukan contoh untuk kehidupannya, maka jangan ada keraguan lagi untuk mengikuti apa yang dilakukan Siti Khadijah yang sungguh-sungguh sangat dermawan dan baik hati demi kepentingan dan kemajuan Islam.


Yang kedua adalah Abu Thalib, seorang sosok yang sangat kharismatik dan berwibawa di kalangan kaum Quraisy, seorang pemimpin yang sangat dikagumi oleh masyarakat ketika itu. Beliau adalah paman Rasulullah Saw. Yang juga dicintai oleh Rasulullah Saw., walaupun Abu Thalib belum mengikrarkan dirinya masuk ke dalam agama Islam, namun dari segi pembelaan terhadap Rasulullah Saw. kita akan meyakini bahwa beliau sangat percaya dengan apa yang dikatakan Rasulullah Saw. ketika berdakwah kepada kaum Quraisy. Oleh karena itu beliau adalah yang menopang dakwah Rasulullah Saw. dalam segi perlindungan dari kejahatan-kejahatan kaum Quraisy yang sangat benci kepada dakwah Rasulullah Saw.. Bahkan diakhir hayatnya pun beliau belum sempat mengikrarkan syahadat kepada Rasulullah Saw. dikarenakan posisinya sebagai pemimpin kaum Quraisy saat itu.


Oleh karena itu Rasulullah Saw. sedih sekali atas cobaan yang didapatkannya, bagaimana tidak sedih, dua orang yang sangat dicintainya dan dua orang yang selama ini menopang dakwahnya meninggal dunia, sehingga Allah SWT. pun menghibur Rasulullah Saw. yang sedang bersedih itu dengan memerintahkannya untuk jalan-jalan yakni ber-Isra dan ber-Mi’raj dengan tiket yang spesial yakni bertemu langsung dengan Allah SWT.


Selain untuk menghibur Rasulullah Saw., Allah SWT. juga ingin menyampaikan pesan moral kepada Rasulullah Saw. bahwa boleh saja ada yang membantu perjuangan dakwah Rasulullah Saw., Namun sebagai seorang Nabi sangatlah tidak pantas jika dakwahnya sangat tergantung dengan bantuan orang lain, seharusnya ketergantungan dan pengharapan perlindungan hanyalah pantas disandarkan kepada Allah SWT., bukan kepada manusia saja.

Hikmah yang keempat ini bukan hanya dikhususkan bagi Rasulullah Saw. saja, namun bisa juga kita lakukan sebagai umat Rasulullah Saw. dalam berdakwah. Pada hakekatnya semua manusia adalah memiliki kewajiban dakwah, namun berbeda dalam garapan berdakwahnya, bisa melalui menjadi seorang ibu yang berdakwah kepada anak-anaknya, atau seorang suami yang berdakwah kepada keluarganya, atau seorang presiden berdakwah kepada masyarakatnya, dan lain sebagainya, hingga kepada dakwah yang paling kecil yaitu berdakwah kepada diri sendiri.


Ini sengat penting sekali, jika kita berdakwah maka sudah seharusnyalah kita tidak tergantung kepada bantuan orang lain saja, Islam tidak melarang kita minta bantuan kepada orang lain, tetapi apakah pantas jika kita sangat tergantung, karena ada zat yang sangat hebat, yang seharusnya Dia-lah yang menjadi tempat kita bergantung dan berharap dalam berdakwah, baik kepada diri sendiri, keluarga hingga masyarakat, yuk! Kita berdakwah.

Jumat, 01 Agustus 2008

Hikmah Peristiwa Isra' dan Mi'raj Part. 2

02. Kenaikan ke Sidrah al-Muntaha

Setelah Rasulullah Saw. berjalan malam hari dari Masjid al-Haram Menuju Masjid al-Aqsa, maka Rasulullah Saw. pun meneruskan perjalanannya, setelah melakukan sholat sunnah dua raka’at di Masjid al-Aqsa, Rasulullah Saw. naik ke Sidrah al-Muntaha hingga bertemu Allah SWT. di arsy-Nya.


Kenaikan Rasulullah Saw. ini bukan hanya sekedar kenaikan biasa, lebih dari itu. Dari segi tujuan memang sudah jelas Rasulullah Saw. ber-Isra dan Mi’raj dengan tujuan memenuhi undangan dari Allah SWT. selain itu juga untuk mendapatkan wahyu perintah shalat lima waktu yang sangat masyhur ceritanya. Namun keluar dari tujuan-tujuan tersebut, Mi’rajnya Nabi Muhammad Saw. ini pun masih mempunyai arti yang sangat mendalam.


Mi’raj menurut bahasa yaitu naik dengan anak tangga, dari segi bahasa saja bisa kita galih bahwa begitu hebatnya makna peristiwa Mi’raj ini, mari kita telusuri ada apakah dibalik makna Mi’raj ini? sebuah kenaikan yang terkandung dari makna Mi’raj ini seakan-akan memberi sebuah pesan bagi seluruh umat Islam, yakni umat Islam haruslah bisa Mi’raj atau naik. Sebenarnya hikmah yang kedua ini ada kaitannya dengan hikmah yang pertama, yaitu jika umat islam sudah dididik di masjid dan sudah ada kemajuan-kemajuan yang berarti maka sudah seharusnya pula umat Islam meningkatkan dari segi kualitas, kuantitas, hingga prestasi. Hal ini sangat penting sekali bagi umat islam karena kualitas, kuantitas, dan prestasi merupakan sebuah cerminan bagaimana kemajuan yang sudah ditingkatkan oleh umat islam. Jangan sampai maju saja namun tidak meningkat dari segi mutu dan kualitas.


Lalu bagaimanakah umat Islam untuk menjaga agar kualitasnya membaik dan semakin meningkat?, maka dengan cara anak tanggalah umat Islam bisa menjaganya, artinya step by step, ini sangat penting karena peningkatan tidak serta merta langsung sampai puncak, tetapi diawali dengan bagian yang paling bawah, dilanjutkan bagian tengah dan diakhiri pada bagian puncak. Contohnya ketika kita ingin memanjat sebuah pohon kelapa dan ingin mendapatkan buah kelapa yang segar, maka kita pun harus menaikinya dari bawah, tidak mungkin kita menaikinya dari atas ke bawah jika seperti ini berarti pemikiran yang ngawur. Sedikit demi sedikit begitulah pesan yang tertuang di dalam peristiwa Mi’raj ini, maka sudah seharusnya umat Islam meniru apa yang dipraktekan oleh Nabi Muhammad Saw. agar umat Islam maju dan meningkat dalam berbagai bidang.


03. Menunjukan bahwa Ilmu Allah SWT. sungguh Luar Biasa


Pada zaman Nabi Muhammad Saw. kebanyakan manusia tidak mempercayai adanya Isra’ dan Mi’raj, bahkan umat Islam sendiri kala itu masih ada yang tidak mempercayai peristiwa ini, bagaimana bisa percaya, jika ada seorang manusia bisa terbang hingga langit ke tujuh dalam waktu yang sesingkat itu, anehnya lagi Nabi Muhammad Saw. Hidup pada zaman yang belum ada teknologi yang secanggih seperti sekarang ini, maka kebanyakan orang berpikir bahwa peristiwa ini adalah sesuatu yang mustahil dan hanyalah mengada-ada belaka.


Pernyataan di atas adalah hanyalah menurut pandangan ilmu manusia semata, namun menurut ilmu Allah SWT. hal itu sangat mudah sekali, jika Allah SWT. menghendaki maka kehendak Allah SWT. tidak bisa dicegah dan tidak bisa disangka menurut akal manusia, seandainya Allah SWT. menunjukan yang lebih hebat lagi daripada peristiwa itu maka sangat mudah sekali bagi Allah SWT..


Dari sini kita bisa menilai bahwa ilmu manusia sangat sedikit sekali dibandingkan ilmunya Allah SWT., ilmu manusia bagaikan setetes air yang mengalir diujung jarum tetapi ilmu Allah SWT. bagaikan samudra yang terbesar di dunia ini, oleh karena itu melalui Isra’ dan Mi’raj ini Allah SWT. berpesan kepada manusia agar janganlah sombong dengan ilmu yang sudah didapatkannya, manusia kadang terlalu sombong disaat ilmunya sudah menjulang tinggi, merasa dirinyalah yang paling pintar, paling ‘alim, dan paling benar. Allah SWT. tidak menyukai orang yang menyombongkan diri di dunia ini, yang berhak sombong di jagat alam ini hanyalah Allah SWT., selain Allah SWT. tidak boleh sombong sedikitpun, karena semuanya yang ada di alam semesta ini adalah milik Allah SWT..


Sombong yang dimaksud di sini bukan hanya sombong karena ilmu saja, tetapi sombong dalam berbagai hal, baik harta, pangkat, jabatan, badan, dan lain sebagainya. Bahkan sombong adalah perbuatan buruk yang pertama kali muncul, sebagaimana yang dilakukan oleh golongan syeitan yang tidak mau bersujud kepada Nabi Adam as., karena menurut syeitan dirinyalah yang lebih mulia daripada Nabi Adam as., dikarenakan dirinya terbuat dari api sedangkan Nabi Adam as. hanyalah terbuat dari tanah yang busuk, oleh karena itu syeitan ini adalah makhluk Allah SWT. yang pertama kali melakukan perbuatan jahat dan makhluk Allah SWT. yang pertama kali melakukan perbuatan sombong. Maka barangsiapa yang berbuat sombong sudah pastilah ia berteman dengan syeitan.


Lalu, Apakah kita masih sombong jika ilmu adalah milik Allah SWT.? Apakah kita masih berbangga diri jika ketampanan dan kecantikan kita juga milik Allah SWT.? Apakah kita masih menghina orang lain jika harta yang kita miliki adalah milik Allah SWT.? Bahkan roh yang ada di badan kita juga adalah milik Allah SWT., pada akhirnya hakekatnya manusia adalah tiada dan yang ada hanyalah Allah SWT., maka apakah kita masih sombong?


Hilangkanlah kesombongan di dalam hati, jadilah manusia yang benar-benar bertaqwa kepada Allah SWT., tidak ada gunanya bersikap sombong, yang ada hanyalah kekerasan hati dan kebusukan perasaan yang merasuk ke dalam jiwa, jika manusia sudah berbuat sombong maka kehambaannya kepada Allah SWT. perlu dipertanyakan, karena hakekat seorang hamba adalah ia tidak memiliki apapun tetapi semuanya milik majikannya, oleh karena itu jadilah hamba yang sebanar-benarnya hamba, jangan menjadi hamba yang nyeleneh.

Template by - Abdul Munir - 2008