.::Selamat Datang di Situs Kami , Semoga Website Kami ini Memberikan Pencerahan kepada Sahabat-Sahabat Mengenai Agama Kita yang Tercinta, Selamat Menikmati Hidangan Kami, dan Mohon Doanya ya Agar wAbsite Kami Tetap Eksis!! Amin::.

Selasa, 16 Desember 2008

Pengertian Al-Hijab bagi Wanita

Al-Hijab berasal dari kata hajaban yang artinya menutupi, dengan kata lain al-Hijab adalah benda yang menutupi sesuatu, menurut al-Jarjani dalam kitabnya at-Ta’rifat mendefinisikan al-Hijab adalah setiap sesuatu yang terhalang dari pencarian kita, dalam arti bahasa berarti man’u yaitu mencegah, contohnya: Mencegah diri kita dari penglihatan orang lain.

Dari berbagai pengertian bahasa yang di atas maka kita bisa mengambil sebuah kesimpulan seperti apa yang dikatakan oleh Al-Zabidy dalam kitabnya Taj al-‘Urus bahwa yang dimaksud dengan al-Hijab adalah segala sesuatu yang menghalangi antara kedua belah pihak. Artinya ada sebuah benda yang menghalangi penglihatan kita terhadap orang lain, contohnya, ketika ada dua orang sedang berbicara, tetapi ditengah-tengah mereka terdapat tembok yang besar, sehingga dengan adanya tembok yang besar itu, mengakibatkan kedua orang itu tidak melihat satu sama lain. nah…tembok inilah yang dinamakan al-Hijab.


Sedangkan menurut istilah syara’, al-Hijab adalah suatu tabir yang menutupi semua anggota badan wanita, kecuali wajah dan kedua telapak tangan dari penglihatan orang lain. Dalam agama kita yaitu Islam, hal ini bertujuan untuk menghindari fitnah di antara dua jenis manusia yang berbeda, yaitu pria dan wanita, dikarenakan dari ujung rambut hingga ujung kaki bagi wanita, semua merupakan aurat yang harus ditutupi, kecuali telapak tangan dan wajah tentunya. Sedangkan bagi kaum pria, bertujuan agar bisa Ghadul Bashar atau menundukan pandangan, selain itu juga dapat mencegah dari perbuatan berkhalwat atau berdua-duaan ditempat sepi antara lawan jenis, dan lain sebagainya yang bertujuan untuk mehindari dari berbagai bentuk maksiat yang dibisikan syeitan melalu pendengaran kita. Karena syeitan akan terus menggoda hingga orang yang dituju syeitan itu bisa mengikuti perintah dan langkah syeitan. Na’udzubillah tsumma na’udzubillah


Dalam al-Qur’an pun disebutkan tentang al-Hijab ini, walaupun satu ayat, tetapi bermakna sangat dalam sekali terhadap definisi al-Hijab itu sendiri, sehingga ayat ini diberi nama dengan “Ayat Hijab”, ayat ini terdapat di surat al-Ahzab ayat 53, yang artinya:


Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu diundang maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri- isteri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini isteri- isterinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar (dosanya) di sisi Allah.


Ayat ini turun berkenaan dengan hak istri-istrinya Nabi Muhammad Saw.. Pada suatu ketika Umar bin Khaththab ra. Bertanya kepada Nabi Muhammad Saw. tentang kewajiban memakai hijab bagi istri-istrinya Nabi Muhammad Saw. ketika bertemu dengan orang lain, maka turunlah ayat tersebut sebagai jawaban. Sedangkan dalam kitab al-Islam wa Qadhaya al-Mar’ah al-Mu’ashirah di katakan bahwa, ayat ini turun berkenaan dengan kekhawatiran Nabi Muhammad Saw. terhadap kecantikan istri beliau. yaitu Zainab binti Jahsy.



Selain itu, tujuan dari ayat di atas terhadap istri-istri Nabi Muhammad Saw. adalah agar mewajibkan kepada mereka (istri-istri Nabi Muhammad Saw.) untuk menutupi semua anggota badan selain wajah dan telapak tangan, dengan memakai tabir ketika berada di antara orang lain yang bukan muhrim.


Sedangkan yang dimaksud dengan al-Hijab pada ayat di atas adalah, tabir pembatas yang menghalangi wanita dari penglihatan orang lain, tetapi bukan sesuatu yang dipakai seperti pakaian, celana maupun jilbab akan tetapi berbentuk sebuah pemisah seperti tembok, hordeng dan lain sebagainya. Mengacu pada ayat di atas bahwa ketika pada zaman Nabi Muhammad Saw., ada orang asing yang datang kepada istri beliau untuk bertemu dikarenakan ada sesuatu urusan, maka Nabi pun mengizinkannya akan tetapi memerintahkan agar istrinya bertemu dibalik tabir. Al-Hijab dalam pengertian sebagai tabir penghalang tidak diwajibkan kepada wanita yang bukan istri Nabi Muhammad Saw., perintah Nabi di atas bukan perintah untuk semua wanita, tetapi khusus bagi istrinya beliau saja.


Oleh karena itu, di zaman sekarang tidak ada satu pun wanita yang melakukan seperti itu, dikarenakan kekhususannya. Coba bayangkan jika itu tidak dikhususkan akan tetapi malah diperintahkan oleh semua wanita, mungkin akan banyak efek dan kendala yang dihadapi oleh wanita, akan tidak adanya wanita karier, akan tidak adanya wanita yang berpolitik dan lain sebagainya. Belum lagi serangan-serangan dari para orientalis yang saat ini belum menemukan satupun kekurangan dalam Islam, mungkin akan mengkritik tentang masalah ini, jika seandainya perintah ini bagi seluruh wanita. Maka pantaslah jika Islam adalah agama yang mudah dan juga fleksibel bagi pemeluknya, sehingga pemeluknya pun tidak akan merasa keberatan ataupun kesusahan ketika menjalankan syariat-syariat Allah, sehingga malulah kita terhadap Allah SWT. yang memberikan kemudahan kepada umat Nabi Muhammad Saw. akan tetapi kita tidak menjalankan syariatnya Allah SWT, Na’udzubillah. Wallahu’alam

Kamis, 11 Desember 2008

Ibu Berikanlah Sebuah Senyuman Untuk Ku

Beliaulah yang membesarkan kita ketika kita masih seberat 4 kilogram, beliaulah yang melahirkan kita ketika kita masih di alam kandungan, beliaulah yang merawat kita ketika kita belum sanggup berbuat apa-apa, beliaulah yang mensekolahkan kita dari Taman Kanak-Kanak hingga perguruan tinggi sehingga kita menjadi orang yang pintar karenanya, beliaulah yang mendidik kita ketika berjalanpun belum mampu kita lakukan, beliaulah yang menyayangi kita ketika sayangnyalah yang sangat dibutuhkan oleh pertumbuhan kita, beliaulah yang mencintai kita yang cintanya sungguh indah dan dahsyatnya yang akan menentramkan batin dan menenangkan jiwa kita, dan beliaulah-beliaulah sebagainya.

Mungkin perkataan-perkataan di atas yang ingin mencoba menguak kehebatan seoarang ibu, betapa ibu sungguh sangat istimewanya bagi kita, tetapi itu semua sama sekali tidak terlalu muluk-muluk untuk menggambarkan seorang yang cukup fenomenal dalam kehidupan kita, yaitu seorang yang sungguh dengan segala perasaan dan tanggung jawab dalam merawat serta membesarkan kita sehingga kita menjadi orang yang dewasa lagi kuat, bahkan perkataan itu sungguh bagaikan sebutir debu di padang pasir yang sangat luas. Mungkin hanya keterbatasan kata-kata kita lah yang belum mampu menggambarkan kasih sayangnya kepada kita.


Kata Ibu walaupun hanya terdiri dari tiga huruf ini tetapi dapat mengguncangkan dunia, oleh karena itu jika orang yang dapat mendalaminya akan menjadi luluh hatinya, contohnya saja orang yang sebelumnya kejam dan bengis akan mengeluarkan air mata dengan sendirinya, dikarenakan kehebatan kata ibu, dan kefenomenalan kata ibu. Tanyakan lah kepada orang yang sudah tidak mempunyai ibu, tanyakan lah kepada orang yang belum melihat wajah ibu, dan tanyakan lah kepada orang yang tinggal di panti asuhan yang belum sempat sama sekali bertemu ibu, maka mereka akan menjawab dengan serempaknya, “Ohh… Ibu aku rindu padamu”


Ketika mendengarkan jawaban itu hati akan bergetar dan perasaan ingin sekali menangis sekencang-kencangnya. Semua orang akan menangis tanpa terkecuali bila ia benar-benar menyelam di samudra kasih sayang ibu, mulai dari presiden hingga pembantu rumah tangga, mulai dari Ulama hingga santri, mulai dari bayi hingga kakek-kakek, mereka menangis karena belum mampu bahkan tidak akan pernah mampu untuk membalas segala kebaikan yang pernah dilakukan oleh orang yang sangat fenomenal ini, kekhilafan pun menyelimuti diri, dan ingin rasanya sekarang segera beranjak dari tempat duduk untuk segara menemui ibu dan langsung memeluknya dengan penuh perasaan dan terima kasih, lalu akan terikrar di hati ini sebuah janji untuk selalu taat kepadanya.


Adakah kita mengetahui, saat kita kecil sering sekali me-ngompol dan buang air besar sesuka hati ketika ibu sedang makan, adakah ia jijik untuk membersihkannya, adakah ia menunda membersihkannya setelah makan selesai, dan adakah ia mengeluh barang sedikitpun kepada kita sewaktu kita kecil. Tetapi yang terjadi sebuah senyuman yang mengembang dari kedua bibirnya, sebuah hati yang riang melihat anaknya sehat, dan sebuah perasaan yang sungguh indah sekali hingga sulit sekali untuk melukiskan bagaimana hebatnya cintanya kepada kita, bahkan pelukis yang paling hebat di dunia pun tidak bisa melukiskan kehebatan seorang ibu walaupun setetes tinta.


Namun sayangnya, apa yang terjadi ketika anak itu besar dan sudah bisa mandiri, ia lebih mementingkan diri sendiri, tanpa melihat ibu yang sudah tua termakan umur. Ia lebih memilih untuk bersenang-senang, ketika ibu terserang penyakit. Dan bahkan konyol-nya ia lebih memikirkan nasibnya yang serba mewah ketimbang barang sejenak saja menengok ibu yang sedang terbaring di rumah sakit. Apakah ini balasan anak yang shalih dan shalihah?, apakah ini balasan anak yang baik dan anak yang berbakti?, dan apakah ini balasan anak jutawan dan anak milyader?, tidak sama sekali, anak seperti ini harusnya sudah dipecat dari kantor dunia, anak yang seperti ini seharusnya tidak dikeluarkan dari rahim ibu, dan anak seperti ini sudah seharusnya tidak mengenal ibu.


Apakah kita mengetahui, bahwa kebahagiaan ibu terhadap anaknya adalah ketika melihat anaknya sukses dalam berbagai bidang tetapi tidak melupakannya. Ketika melihat anaknya se-abrek prestasi yang didapatkan tetapi ia mengucapakan terima kasih kepda ibu. Dan ketika melihat anaknya bahagia dikehidupan barunya tetapi ia tidak meninggalkan ibunya. Seoarang ibu tidak mengharapkan secuil harta anaknya sedikitpun, seoarang ibu tidak mengharapkan apa-apa dari anaknya, lalu sebagai anaknya apakah ia berat menanggung kebahagiaan-kebahagiaan ibu yang di atas? dan sebagai anaknya apakah ia berat melaksanakan demi kebahagiaan ibu? Wahai manusia bandingkanlah dengan apa yang telah ibu lakukan untuk kita, maka akan terkuak lah fenomena bahwa kita termasuk orang-orang yang durhaka, Na’udzubillah.


Sudah seharusnyalah kita berbakti dan mengabdi kepada ibu yang telah membesarkan kita dengan penuh rasa semangat, dengan penuh keikhlasan dan penuh dengan kasih sayang. Jangan sekali-kali muncul dalam benak untuk mengeluh dan jangan sekali-kali terucap di pikiran kita kata-kata repot. Berbakti dengan tidak berbuat durhaka dengannya, menjauhkan apa yang tidak baik kita berikan kepada ibu, dan membuktikan kepada ibu bahwa kita adalah anak yang shalih, rajin dan juga berprestasi, sehingga simpanlah ungkapan ini di dalam qalbu setiap jiwa “IBU BERIKANLAH SEBUAH SENYUMAN UNTUKKU” Wallahu ‘Alam

Template by - Abdul Munir - 2008