Mungkin perkataan-perkataan di atas yang ingin mencoba menguak kehebatan seoarang ibu, betapa ibu sungguh sangat istimewanya bagi kita, tetapi itu semua sama sekali tidak terlalu muluk-muluk untuk menggambarkan seorang yang cukup fenomenal dalam kehidupan kita, yaitu seorang yang sungguh dengan segala perasaan dan tanggung jawab dalam merawat serta membesarkan kita sehingga kita menjadi orang yang dewasa lagi kuat, bahkan perkataan itu sungguh bagaikan sebutir debu di padang pasir yang sangat luas. Mungkin hanya keterbatasan kata-kata kita lah yang belum mampu menggambarkan kasih sayangnya kepada kita.
Kata Ibu walaupun hanya terdiri dari tiga huruf ini tetapi dapat mengguncangkan dunia, oleh karena itu jika orang yang dapat mendalaminya akan menjadi luluh hatinya, contohnya saja orang yang sebelumnya kejam dan bengis akan mengeluarkan air mata dengan sendirinya, dikarenakan kehebatan kata ibu, dan kefenomenalan kata ibu. Tanyakan lah kepada orang yang sudah tidak mempunyai ibu, tanyakan lah kepada orang yang belum melihat wajah ibu, dan tanyakan lah kepada orang yang tinggal di panti asuhan yang belum sempat sama sekali bertemu ibu, maka mereka akan menjawab dengan serempaknya, “Ohh… Ibu aku rindu padamu”
Ketika mendengarkan jawaban itu hati akan bergetar dan perasaan ingin sekali menangis sekencang-kencangnya. Semua orang akan menangis tanpa terkecuali bila ia benar-benar menyelam di samudra kasih sayang ibu, mulai dari presiden hingga pembantu rumah tangga, mulai dari Ulama hingga santri, mulai dari bayi hingga kakek-kakek, mereka menangis karena belum mampu bahkan tidak akan pernah mampu untuk membalas segala kebaikan yang pernah dilakukan oleh orang yang sangat fenomenal ini, kekhilafan pun menyelimuti diri, dan ingin rasanya sekarang segera beranjak dari tempat duduk untuk segara menemui ibu dan langsung memeluknya dengan penuh perasaan dan terima kasih, lalu akan terikrar di hati ini sebuah janji untuk selalu taat kepadanya.
Adakah kita mengetahui, saat kita kecil sering sekali me-ngompol dan buang air besar sesuka hati ketika ibu sedang makan, adakah ia jijik untuk membersihkannya, adakah ia menunda membersihkannya setelah makan selesai, dan adakah ia mengeluh barang sedikitpun kepada kita sewaktu kita kecil. Tetapi yang terjadi sebuah senyuman yang mengembang dari kedua bibirnya, sebuah hati yang riang melihat anaknya sehat, dan sebuah perasaan yang sungguh indah sekali hingga sulit sekali untuk melukiskan bagaimana hebatnya cintanya kepada kita, bahkan pelukis yang paling hebat di dunia pun tidak bisa melukiskan kehebatan seorang ibu walaupun setetes tinta.
Namun sayangnya, apa yang terjadi ketika anak itu besar dan sudah bisa mandiri, ia lebih mementingkan diri sendiri, tanpa melihat ibu yang sudah tua termakan umur. Ia lebih memilih untuk bersenang-senang, ketika ibu terserang penyakit. Dan bahkan konyol-nya ia lebih memikirkan nasibnya yang serba mewah ketimbang barang sejenak saja menengok ibu yang sedang terbaring di rumah sakit. Apakah ini balasan anak yang shalih dan shalihah?, apakah ini balasan anak yang baik dan anak yang berbakti?, dan apakah ini balasan anak jutawan dan anak milyader?, tidak sama sekali, anak seperti ini harusnya sudah dipecat dari kantor dunia, anak yang seperti ini seharusnya tidak dikeluarkan dari rahim ibu, dan anak seperti ini sudah seharusnya tidak mengenal ibu.
Apakah kita mengetahui, bahwa kebahagiaan ibu terhadap anaknya adalah ketika melihat anaknya sukses dalam berbagai bidang tetapi tidak melupakannya. Ketika melihat anaknya se-abrek prestasi yang didapatkan tetapi ia mengucapakan terima kasih kepda ibu. Dan ketika melihat anaknya bahagia dikehidupan barunya tetapi ia tidak meninggalkan ibunya. Seoarang ibu tidak mengharapkan secuil harta anaknya sedikitpun, seoarang ibu tidak mengharapkan apa-apa dari anaknya, lalu sebagai anaknya apakah ia berat menanggung kebahagiaan-kebahagiaan ibu yang di atas? dan sebagai anaknya apakah ia berat melaksanakan demi kebahagiaan ibu? Wahai manusia bandingkanlah dengan apa yang telah ibu lakukan untuk kita, maka akan terkuak lah fenomena bahwa kita termasuk orang-orang yang durhaka, Na’udzubillah.
Sudah seharusnyalah kita berbakti dan mengabdi kepada ibu yang telah membesarkan kita dengan penuh rasa semangat, dengan penuh keikhlasan dan penuh dengan kasih sayang. Jangan sekali-kali muncul dalam benak untuk mengeluh dan jangan sekali-kali terucap di pikiran kita kata-kata repot. Berbakti dengan tidak berbuat durhaka dengannya, menjauhkan apa yang tidak baik kita berikan kepada ibu, dan membuktikan kepada ibu bahwa kita adalah anak yang shalih, rajin dan juga berprestasi, sehingga simpanlah ungkapan ini di dalam qalbu setiap jiwa “IBU BERIKANLAH SEBUAH SENYUMAN UNTUKKU” Wallahu ‘Alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar