.::Selamat Datang di Situs Kami , Semoga Website Kami ini Memberikan Pencerahan kepada Sahabat-Sahabat Mengenai Agama Kita yang Tercinta, Selamat Menikmati Hidangan Kami, dan Mohon Doanya ya Agar wAbsite Kami Tetap Eksis!! Amin::.

Sabtu, 21 Februari 2009

Nasib Mahasiswa Baru Al-Azhar Mulai Cerah

Sudah hampir memasuki empat bulan terakhir ini, Mahasiswa Baru (MABA) belum juga tiba. Entah apa yang terjadi, namun isu dan gosip merebak di Masisir. sebagian menuduh keterlambatan ini terkait dengan tragedi Gazza, yang lain meyakininya sebagai dampak dari kebijakan Lokakarya. Rasa ingin tahu dan penasaran pun menjangkiti seluruh Masisir, "Ada apa di balik keterlambatan MABA tersebut?"

Berangkat dari penasaran Masisir inilah, Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir mengadakan “Cangkir Wisma” (Rancang Pikir Wacana dan Isi Hati Mahasiswa) dengan tema “Restruksi dan Solusi Problematika MABA” pada hari Minggu, 15 Februari 2009 lalu di Wisma Nusantara.

Acara ini bertujuan untuk memberikan informasi yang tepat kepada seluruh Masisir tentang keterlambatan MABA. “Acara ini kita orientasikan untuk menguraikan benang kusut dan mencari solusi dari problematika MABA. Sepulang Cangkir Wisma, diharapkan Masisir memilki satu gambaran, tidak ada dugaan aneh-aneh berkaitan dengan keterlambatan MABA”, tutur Firman Hanafi ketika menyampaikan sambutan Ketua Panitia.

Presiden PPMI, Abdullah Yazid Dzf yang menjadi salah satu nara sumber menyampaikan kronologi kasus yang sedang hangat ini. Menurut beliau, ada dua penyebab utama keterlambatan MABA tahun ini; kesalahpahaman Depag dengan Kedubes Mesir di Indonesia, dan kesulitan administrasi Muwafaqat al-Qaumi. Sebenarnya, penyebab yang terakhir ini cukup membuat Depag kelabakan karena hanya kepada pendatang dari Indonesialah surat ini diwajibkan.

Para narasumber dalam Cangkir Wisma dirancang serepresentatif mungkin oleh panitia. Selain dari PPMI yang diwakili oleh Abdullah Yazid, ada juga Cecep Taufiqurrahman, S.Ag. selaku tokoh Masisir, M. Abdullah al-Amiri yang merupakan salah satu mediator MABA, dan Andri Aziz Putra sebagai perwakilan Komite Pelaksana Penerimaan Mahasiswa Baru (KPP-MABA).

Dalam orasinya, Cecep Taufiqurrahman S.Ag., sempat memaparkan bagaimana dulu ia mengalami kejadian serupa. Keberangkatan Cecep ke Mesir kala itu memang sedikit terlambat. Masalahnya pun tidak jauh beda dengan tahun ini; adanya perseteruan Depag-Kedubes. Namun seperti diakui Cecep, kuantitas keterlambatan tahun ini memang jauh lebih tinggi.

Sebenarnya, kegoncangan relasi antara Kedubes Mesir dengan Depag berawal dari perseteruan kecil perihal ujian pemberangkatan. Masing-masing lembaga merasa lebih berhak mengadakan ujian ini. Akhirnya selama beberapa tahun, keduanya memilih untuk mengadakan ujian sendiri-sendiri.

Keberadaan dua ujian yang dilakukan oleh dua lembaga untuk satu keperluan ini acap kali menimbulkan masalah. Selain di masa Cecep, pada tahun 2004 masalah serupa juga terjadi. Berangkat dari berbagai pengalaman ini, KBRI ingin membuat MoU dengan Universitas al-Azhar. MoU yang rencananya akan ditandatangani tahun 2009 ini menyatakan bahwa yang berhak menguji mahasiswa adalah pihak Universitas al-Azhar.

Lain halnya dengan Andri Aziz Putra selaku ketua KPP-MABA. Ia tidak masuk dan membahas masalah MABA secara mendalam. Satu hal yang ia tekankan, bahwa KPP-MABA lepas urusan dengan masalah ini. “Peran dan fungsi KPP-MABA di sini adalah sebagai garis koordinasi MABA dengan mediator, bukan menjadi mediator itu sendiri”, pungkasnya.

Kabar baik disampaikan oleh M. Abdullah al-Amiri sebagai perwakilan mediator MABA. Anggota travel al-Misry ini menjelaskan, “Alhamdulillah 290 visa sudah di tangan para mediator. Beberapa visa lain sebenarnya sudah ada yang diturunkan Kedubes Mesir, namun ada yang masih belum diambil oleh mediator lantaran tidak mengetahui perihal keluarnya visa tersebut. Kita berdoa saja semoga, walaupun terlambat, adik-adik kita tetap memeperoleh kesempatan menuntut ilmu di Negeri Kinanah.”

Cangkir Wisma ditutup oleh Wakil Presiden PPMI, Heri Nuryadi selaku moderator tepat pukl 17.30 setelah sesi tanya jawab usai. Keberadaan puluhan Masisir dari berbagai kalangan yang menghadiri acara ini diharapkan mampu membawa dan menyebarkan kabar seirama tentang MABA. Terlebih berkenaan dengan fakta bahwa masalah yang sudah kesekian kalinya terjadi ini muncul karena perpecahan politik para penguasa, baik dari Indonesia maupun Mesir sendiri.

Tidak ada komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008