Manusia yang shalih adalah seorang yang mengatahui Tuhannya dengan pengetahuan yang baik dan mendalam, sehingga ia menjalankan perintah Allah SWT. sebaik-baiknya dan menjauhi larangannya, apalagi pada fitrahnya manusia selalu ingin melakukan perbuatan baik dan enggan untuk melanggar, karena Allah SWT. menanamkan kebaikan di hati manusia sebelum tumbuhnya keburukan, oleh karena itu ketika manusia melakukan perbuatan maksiat dan keburukan, maka akan timbullah di dalam hati rasa penyeselan. Oleh karena itu manusia akan hatinya tenang jika ia berada dalam ridhaNya dan akan gelisah jika ia berada di luar ridhaNya.
Manusia tidak dapat menghindari bahwa kehidupan di dunia ini adalah sebuah perjuangan yang harus dihadapi, tetapi perjuangan ini haruslah dengan koridor yang diridhai oleh Allah SWT. jangan sampai melewati batas dengan apa yang ditentukan oleh Allah SWT., yaitu menuju jalan yang lurus sesuai dengan pengertian taqwa (Menjalankan apa yang dilarang oleh Allah SWT. dan menjauhi apa yang dilarang-Nya), janganlah sekali-kali membelok arah apalagi berbalik arah sehingga akan menjerumuskan dan bahkan lebih menyeramkan lagi akan tersesat tak akan kembali. Oleh karena itu dengan berjalan lurus ini maka akan timbullah dalam hati sebuah keyakinan untuk menjadi hamba Allah SWT. yang benar-benar hamba.
Sedangkan manusia yang thalih adalah kebalikan dari manusia yang shalih, yaitu seorang yang terputus dari jalan Allah SWT. baik melalui ibadah secara langsung ataupun ibadah yang tidak secara langsung. Maka ia pun belum dapat menjalan perintahNya, dan sudah pasti melakukan laranganNya. Ia akan selalu merasa kegelisahan yang mendalam, mungkin ia akan senang sementara, tetapi itu hanyalah sementara, ketika waktunya tiba, maka penyesalan yang mendalam akan terjadi.
Penyebab itu semua adalah musuh manusia, musuh yang Rasulullah Saw. sendiri menyatakan bahwa ialah musuh yang paling berat, dan bahkan jihad yang paling berat adalah melawan musuh ini, siapakah ia, ia adalah syeitan laknatullah ‘alaihi. Ia lah makhluk Allah SWT. yang pertama kali ingkar, bahkan lebih mengerikan lagi adalah ia mengajak makhluk Allah SWT. yang lainnya untuk ingkar, agar syeitan mendapatkan teman yang banyak di hari akhir nanti, dan juga tentunya syeitan akan tertawa terbahak-bahak melihat makhluk Allah SWT. yang menurut fitrahnya adalah baik, bisa terjerumus dilembah neraka yang jaraknya dari langit ke bumi. Makhluk yang di ajakanya itu kalau bukan manusia siapalagi, dan sudah pasti pancingannya adalah nafsu yang tertanam di dalam diri manusia.
Dua sifat ini juga digambarkan di dalam kitab suci al-Qur’an sebagai amalan kejahatan dan amalan kebajikan, dalam surat Ali ‘Imran ayat 30, Allah SWT. berfirman yang artinya:
“Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap siksa-Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya”
Amalan kebajikan adalah perbuatan yang dilakukan oleh orang yang shalih, sedangkan amalan kejahatan sudah tentu dilakukan oleh orang yang thalih, tetapi pada ayat yang di atas ini, Allah SWT. lebih menekan kepada orang-orang yang thalih, agar jangan mengira bahwa dikehidupannya ada waktu yang panjang. Karena memang pada kenyatannya orang yang thalih ini lupa akan kehidupannya didunia, yang hanya mengontrak, yang hanya diberi jatah enam puluh tiga tahun, itupun mungkin Allah SWT. masih sayang kepadanya, atau malah akan dikorting umurnya.
Peringatan Allah SWT. ini langsung mengena ke hati orang yang thalih, agar ia merubah perbuatannya, yang dahulu berbuat mungkar kepada Allah SWT. menjadi berbuat kebajikan, karena mereka akan menyadari kehidupan akhirat adalah jalan yang panjang sekali, maka jika perjalanan yang panjang itu tidak dipersiapkan dengan bekal yang matang, maka akan kehausan bahkan kelaparan, yang akan membuat dirinya terjerumus ke dalam api yang panasnya seribu kali lipat dari pada api di dunia ini.
Allah SWT. mengancam orang-orang yang thalih ini dengan neraka yang dinyatakan dalam firmanNya surat al-Baqarah ayat 81 yang artinya, “(Bukan demikian), yang benar: barangsiapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”
Sedangkan orang-orang yang shalih pun akan mendapatkan hal yang setimpal, dalam firman Allah SWT. di dalam surat yang sama, yaitu al-Baqarah ayat 82 yang artinya, “Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.”
Oleh karena itu benar lah kata pepatah, “Manusia harus memilih antara dua pilihan”, maka manusia shalih dan manusia thalih, adalah sebuah pilihan yang seharusnya dipilih manusia, apakah ia ingin bersama syeitan menjadi pendamping setia, atau kah bersama orang-orang yang shalih dan orang-orang yang benar, di jannah firdausnya, maka “Cobloslah mana yang anda sukai”. Wallahu’ alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar