Tetapi Nabi Muhammad Saw. melarang ziarah kubur diawal keislaman, bahkan Nabi Muhammad Saw. pernah bersabda bahwa ziarah kubur pada masa jahiliyah adalah tempat kemusyrikan, kemudian setelah beberapa tahun yaitu setelah para sahabat keimanannya semakin meningkat dan kuat, akhirnya Rasul Saw. memerintahkan kepada para Sahabat untuk berziarah kubur. Para Ulama berpendapat bahwa larangan Rasulullah Saw. pada awal keislaman ini telah di-mansukh, dan menetapkan sunnah untuk berziarah kubur karana Rasul Saw. berziarah kubur dan mengizinkannya.
Hal ini terlihat dari sebuah perkataan Imam al-Hafidz al-Mundzari yang pada awal keislaman melarang semua elemen masyarakat muslim untuk menziarahi kubur: “Rasulullah Saw. benar-benar melarang untuk ziarah kubur baik untuk laki-laki maupun wanita, kemudian Rasul Saw. mengizini kepada laki-laki untuk menziarahi kubur,dan mencabut larangan kepada wanita”, dan dikatakan juga “Bahwa itu adalah rukhsah secara keseluruhan. Bahkanperkataan ini dalam kitab-kitab banyak dibahas secara panjang sekali”.
Setelah keterangan di atas maka kita akan mengetahui bagaimana agama Islam yang sangat berhati-hati dalam mencegah kemusyrikan, karena sudah barang tentu kemusyrikan adalah dosa yang tidak akan diampuni dosanya kecuali dengan taubatannasuhah, selain itu dalam penjelasan yang di atas pelarangan itu sebenarnya bukan hanya terjadi di awal Islam saja, bisa juga sekarang Hadits yang di atas berlaku, karena masih banyak orang Islam yang akidahnya belum terpatri di hati sanubarinya, sehingga ketika orang tersebut berziarah ke makam para wali dan para shalihin banyak perbuatan-perbuatan yang sebetulnya menyimpang dari agama sehingga akidahnya terurai bagaikan kertas tenggelam dilautan.
Terlepas demikian banyak sekali yang bisa kita petik dari ziarah kubur tersebut, salah satunya adalah dzikrulmaut, dzikrulmaut ini sangat tinggi nilainya di sisi Allah SWT. karena melalui dzikir mengingat kematian kita akan tergugah hatinya untuk selalu ta’at dan taqwa kepada Allah SWT. di mana pun dan kapan pun, karena kematian selalu mengincar kita setiap detik dan langkah kita. Jadi ziarah kubur bukan hanya untuk mendoakan penghuni kubur tersebut tetapi juga untuk kebaikan kita yang masih hidup, bahkan ketika Rasulullah Saw. menziarahi makam ibunya, beliau menangis meneteskan air mata yang deras sekali.
Dari Abu Hurairah ra. berkata: Nabi Saw. berziarah ke makam ibunya, tiba-tiba saja beliau menangis maka aku pun menangis di sampingnya, lalu beliu bersabda: “Ya Tuhanku izinkanlah kepadaku memohon ampun kepadanya maka engkau belum mengizinkan kepadaku, dan izinkanlah kepadaku untuk menziarahi kuburnya maka izinkanlah padaku, maka ziarahlah kepadanya, karena sesungguhnya ziarah kubur itu menginatkan akan kematian (dzikrulmaut) (HR. Muslim)
Dari hadits tersebut kita melihat bagaimana Rasulullah Saw. memberikan gambaran kepada kita bahwa bukan hanya untuk memohon ampunan kepada penghuni kubur saja tetapi juga sebagai ibrah (pelajaran) dan dzikrulmaut (mengingat kematian) yang akan menjadikan kita semakin dekat kepada Allah SWT.
Fenomena inilah yang harus kita tangkap, bagaimana jika kita sudah berada di alam barzakh yang merupakan alam ketiga dalam perjalanan ruh kita, lalu apakah kita sudah siap mengarungi alam yang ketiga tersebut, baik dari segi amalan dan ketaqwaan kepada-Nya, karena hanya amal yang ikhlas dan ketaqwaan lah sebagai bekal kita untuk perjalanan yang penjang tersebut dan sebagai teman kita untuk selamanya. Hal ini terkait dengan dzikrulmaut, karena mengingat kematian sangat penting untuk terciptanya amalan yang ikhlas dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. bahwa ada pembalasan pada hari akhirat nanti dengan apa yang telah diperbuatnya ketika hidup secara gratis di dunia ini.
Dari sini kita melihat korelasi pentingnya antara dzikrulmaut dengan kehidupan kita di alam yang kedua (dunia) dan alam yang ketiga (akhirat). Semoga dengan ziarah kubur ini makin meningkatkan kita untuk selalu mengingat akan kematian dan menghilangkan penyakit wahn (cinta dunia dan takut mati) sehingga kita menjadi seoarang muslim yang kaffah. Wallahu ‘alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar